Selasa, 03 Februari 2009

Perbankan Penipu...

BI rate adalah tingkat persentase bunga yang didapat oleh penyimpan uang (pemberi hutang, hutang pemerintah berupa SUP) baik milik individu maupun korporat, tapi dalam hal ini pemberi hutang yang terbesar adalah perbankan. Biasanya sektor perbankan (BCA, Mandiri, BNI, Bank syariah Mandiri, Bank syariah Muamalat, dan lain-lain-so-called-syariah) memberi bunga/so-called-bagi hasil pada bank syariah kepada nasabahnya lebih kecil dari tingkat BI rate ini, dalam hal ini bila BI rate adalah 8.75% maka perbankan memberi bunga pada nasabahnya berkisar 5-6% maka usaha riba-nya masih mendapatkan keuntungan sekitar 3.75-2.75%.

Penyerapan SBI adalah jumlah uang yang diterima dari penjualan surat utang kepada pemilik uang yang meng'investasi'kan uangnya.

Salah satu akibat dari diterbitkannya SUP, maka 'pemerintah' yang mengajukan APBN dan menghutang pada BI tiap tahunnya harus membayar bunga sebesar tingkat BI rata2. Bila cadangan devisa negara adalah 59.453 USD maka 20% dari cadangan tersebut digunakan untuk membayar hutang pemerintah ke penghutang lokal maupun internasional. Sisa 39.56 USD diajukan sebagai biaya APBN.

Utang negara adalah sekitar 419 M USD dicicil tiap tahunnya 20 M USD tingkat bunga tahunan 2% maka utang negara (bila tidak terus bertambah) baru akan lunas setalah 213 tahun mendatang. ( [ 419 M *102]/100 ) / 20 M.

Dan dalam masa pelunasan ini rakyat yang harus membayar bunga dan hutang yang tidak pernah diambilnya secara langsung melalui pajak negara, ini mengapa sekarang pemerintah menggalakkan wajib pajak via media..... yang slogannya: apa kata dunia?

Terkait data di atas,
apa kaitannya bunga-bunga ini dengan penurunan kesejahteraan rakyat?

1. Sebagai ilustrasi, bila BI pada awalnya hanya memiliki Rp 100M dan dipinjam oleh pemerintah seluruhnya dengan tingkat bunga 8.75% maka tahun depan uang yang harus diterima BI dari pemerintah adalah Rp 108.75 M. yang jadi pertanyaan dari mana datangnya uang Rp 8.75 M ini? Secara sederhana&ringkas (tanpa menyertakan kerumitan perhitungan2 yang sebenarnya ada) uang ini berasal dari hak cetak uang kertas BI yang didapatkannnya dari menjual kredit. Jadi dengan memberi pinjaman 100 M maka Ia berhak mencetak uang kertas baru sesuai dengan tingkat BI rate yang 8.75%. Akibatnya di masyarakat beredar tambahan uang kertas sebesar Rp 8.75 M dari pertambahan bunga. Karena ada pertambahan uang kertas sebesar ini maka otomatis tingkat kenaikan harga minimal adalah sebesar pertambahan uang yang ada tadi. Bila sebelumnya Harga telur adalah Rp 10.000 dengan bertambahnya jumlah uang di masyarakat maka harga telur dengan jumlah dan kualitas yang sama menjadi Rp. 10.875 per Kg. Dari ilustrsi yang disederhanakan ini apakah sudah cukup membingungkan? inilah ilmu ekonomi. Mengapa ada uang yang muncul atau bertambah padahal sebelumnya tidak pernah ada, ini adalah ilmu tuyul, karena hanya tuyul yang bisa mendatangkan uang pada anda padahal sebelumnya tidak pernah ada. Inilah pekerjaan yang dikerjakan oleh sektor perbankan (dan yang terkait). Meskipun kita tidak terkait secara langsung efeknya kita harus bayar, rela ataupun tidak rela.

2. Bila kenaikan harga minimal adalah 8.75% tadi (pada prakteknya kenaikan harga komoditas&aset adalah 25-30% per tahun) sementara kenaikan gaji rutin per tahun (kalau ada kenaikan) adalah 5%. Maka buruh (PNS, ABRI, pekerja swasta, dokter, pekerja IT dll) akan mengalami tekor sebesar 3.75% tiap tahunnya bila sumber pemasukkan gajinya tidak bertambah.

3. Sekarang pilihannya hanya ada dua,
a. Meminjamkan uang yang ada ke pemerintah via membeli SUP, maka anda hanya akan terhindar dari tingkat inflasi 8.75%, konsekwensinya anda harus puasa 1000 bulan, karena semua uang dan penghasilan dibelikan SUP.

b. Menukarkan sisa uang yang berbentuk rupiah kedalam aset/komoditas real. Baik berupa Lahan, emas, perak dan lebih baik lagi bila berupa dinar emas atau dirham perak.

c. Masa bodoh, pasrah dan menyerah bukan pilihan, pernahkan anda melihat seekor anjing yang kalah berkelahi? meskipun kalah dan tahu dia akan kalah, Ia tetap menyalak. Rajul, buka mata dan awas-lah, sekarang. Anak-anak, wanita dan orang tua silahkan berdiri di belakang.

4. Sementara bagi kalangan yang tidak memiliki uang atau menengah ke bawah, maka penurunan kesejahteraannya sudah pasti minimal 8.75% karena mereka tidak bisa menabungkan uangnya di bank, sementara daya belinya terus merosot.


simple…
tafakur, beramal (act) sekarang.

Tidak ada komentar: